Tiba-Tiba Harga Emas Dekati US$4.200, Pelaku Pasar Waspadai Risiko Baru
Meta Description (SEO Yoast):
Harga emas dunia melonjak hingga menyentuh level US$4.200 per troy ons. Pasar menanti voting DPR AS soal penghentian shutdown, sementara analis memperingatkan potensi koreksi tajam.
Kata Kunci Utama:
harga emas tembus US$4200
Slug URL:
harga-emas-tembus-4200-bahaya-di-depan
Harga Emas Menguat dan Mendekati Level Psikologis US$4.200
Harga emas kembali melesat dan hampir menembus batas psikologis US$4.200 per troy ons pada awal perdagangan Kamis (13/11/2025). Penguatan ini terjadi karena pelaku pasar menunggu keputusan penting dari Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) Amerika Serikat mengenai pemungutan suara untuk mengakhiri penutupan pemerintah federal. Situasi politik ini menciptakan ketidakpastian baru yang secara otomatis mendorong permintaan aset aman seperti emas.
Pada perdagangan Rabu (12/11/2025), emas menguat 1,70% dan ditutup di level US$4.196,11 per troy ons. Dengan demikian, harga emas memperpanjang reli hingga empat hari berturut-turut. Penutupan tersebut juga menjadi yang tertinggi sejak 20 Oktober 2025. Bahkan, pada sesi intraday, harga sempat menyentuh US$4.202,30 per troy ons sebelum kembali terkoreksi tipis.
Memasuki Kamis pagi hingga pukul 06.29 WIB, harga emas di pasar spot kembali bergerak positif dengan kenaikan 0,09% ke level US$4.195,13 per troy ons.
Pasar Mengincar Kepastian Voting DPR AS
Penguatan emas semakin terlihat menjelang keputusan penting DPR AS untuk membuka kembali pemerintahan federal. Keputusan tersebut dapat memulihkan aliran data ekonomi resmi dan memberikan ruang bagi The Federal Reserve untuk menurunkan suku bunga pada Desember mendatang. Kondisi ini menciptakan harapan bahwa pasar akan memperoleh kepastian arah kebijakan moneter.
Namun, analis independen Tai Wong mengingatkan bahwa harga emas masih rentan berbalik arah dengan cepat. Ia menyebutkan bahwa setiap hambatan dalam proses voting dapat mengguncang pasar.
Menurutnya, harga emas tetap bergerak di zona penguatan karena pasar menunggu hasil voting tersebut. Jika terjadi penundaan atau penolakan, pasar saham dan logam mulia berpotensi tergelincir dalam waktu singkat.
Shutdown Terpanjang Membebani Ekonomi AS
DPR AS yang dikuasai Partai Republik berencana melakukan pemungutan suara terkait kesepakatan untuk menghentikan penutupan pemerintah terlama yang pernah terjadi di Amerika Serikat. Shutdown selama 43 hari ini tidak hanya melumpuhkan aktivitas pemerintahan, tetapi juga mempersulit akses terhadap data ekonomi negara tersebut.
Keterbatasan data resmi membuat pelaku pasar dan pembuat kebijakan bergantung pada indikator swasta untuk mengamati kondisi ekonomi. Situasi ini menambah kecemasan di pasar keuangan, sehingga dorongan terhadap aset aman seperti emas semakin kuat.
Harga Perak Turut Mengerek Kenaikan Emas
Selain faktor politik, kekhawatiran terhadap rendahnya pasokan perak juga ikut mengangkat harga emas. Bob Haberkorn, analis pasar di RJO Futures, menjelaskan bahwa lonjakan harga perak memberikan efek limpahan terhadap penguatan emas.
Menurutnya, pelaku pasar mulai mempertimbangkan risiko pasokan yang lebih ketat, terutama di pasar perak, yang dalam beberapa bulan terakhir menunjukkan kekurangan suplai signifikan.
Kondisi Politik dan Ekonomi AS Terus Mengguncang Pasar
Partai Republik saat ini memegang mayoritas tipis 219–213 di DPR, dan dukungan Presiden Donald Trump terhadap rancangan undang-undang yang diajukan diharapkan mampu menjaga soliditas partai. Namun, anggota Partai Demokrat menunjukkan penolakan keras karena berkaitan dengan kebijakan subsidi kesehatan federal.
Kisruh ini semakin memperumit proses pengambilan keputusan, terutama sejak delapan senator Demokrat berselisih dengan pimpinan partai soal pendanaan pemerintah hingga 30 Januari mendatang. Jika kebijakan ini berjalan, utang pemerintah AS berpotensi terus bertambah sekitar US$1,8 triliun per tahun dari total utang yang sudah mencapai US$38 triliun.
Sinyal Lemahnya Pasar Tenaga Kerja AS Menambah Kekhawatiran
Data ketenagakerjaan terbaru dari ADP pada Selasa lalu menunjukkan bahwa perusahaan swasta kehilangan rata-rata 11.250 pekerjaan per minggu dalam empat minggu terakhir. Angka tersebut mengindikasikan pelemahan lanjutan di pasar tenaga kerja Amerika Serikat.
Pelaku pasar kini memperkirakan peluang 63% bahwa The Fed akan menurunkan suku bunga sebesar 25 basis poin pada Desember. Kondisi suku bunga rendah ini biasanya memberikan dorongan tambahan terhadap emas karena logam mulia tersebut tidak memberikan imbal hasil seperti instrumen obligasi.
Analis Memproyeksikan Peluang Kenaikan Lebih Lanjut
Dalam catatan terbarunya, analis SEB Research menegaskan bahwa tren penguatan emas masih berada di jalur naik. Meskipun harga emas sempat berkonsolidasi di area US$4.000 per troy ons, mereka menilai bahwa selama likuiditas global tetap longgar dan dolar AS tidak menguat signifikan, peluang emas untuk melanjutkan reli tetap terbuka lebar.
