Ramalan Gerak Harga Emas Hari Ini, Selasa 18 November usai Melemah Tiga Hari Beruntun

 

Ramalan Pergerakan Harga Emas Hari Ini 18 November 2025 Setelah Melemah Empat Hari

Meta Description (150–160 karakter)

Harga emas kembali melemah empat hari berturut-turut pada 18 November 2025. Simak analisis teknikal, sentimen pasar, proyeksi harga, dan faktor global yang memengaruhinya.

Keyword Utama (Focus Keyphrase)

ramalan harga emas hari ini

Slug URL

ramalan-harga-emas-hari-ini-18-november-2025

Harga Emas Lanjut Melemah Empat Hari, Pelaku Pasar Soroti Arah Suku Bunga AS

Harga emas kembali tergelincir pada Selasa, 18 November 2025. Pelemahan ini berlangsung selama empat hari berturut-turut seiring merosotnya ekspektasi pasar terhadap peluang pemangkasan suku bunga Bank Sentral Amerika Serikat (The Fed) bulan depan.

Data Bloomberg mencatat harga emas spot turun 0,54% atau 21,82 poin ke US$4.023,12 per troy ounce pada pukul 10.39 WIB. Di sisi lain, harga emas berjangka Comex AS untuk kontrak Desember 2025 ikut merosot 1,49% ke US$4.013,6 per troy ounce.

Pasar Menunggu Data NFP sebagai Penentu Arah Kebijakan The Fed

Pelaku pasar kini memusatkan perhatian pada rilis data Nonfarm Payrolls (NFP) AS untuk September 2025, yang dijadwalkan meluncur pada Kamis, 20 November. Data ini diyakini memegang peran penting sebagai indikator utama arah kebijakan moneter selanjutnya.

Selain itu, dolar AS terus menguat selama tiga hari terakhir. Kondisi ini menekan harga emas karena membuat emas menjadi lebih mahal bagi pembeli yang memegang mata uang lainnya.

Analisis Teknikal Tunjukkan Tren Bearish Menguat

Analis Dupoin Futures Indonesia, Andy Nugraha, memaparkan bahwa kombinasi pola candlestick dan indikator Moving Average masih menunjukkan dominasi tren bearish pada harga emas.

Menurut Andy, jika tekanan jual berlanjut, harga berpotensi merosot hingga US$3.987, yang menjadi area support terdekat dan zona penting bagi pembeli untuk mempertahankan momentum harga.

Namun, Andy juga melihat peluang koreksi. Jika tekanan jual melemah, emas berpotensi bangkit menuju US$4.050, yang kini menjadi resistance awal sebelum harga berpeluang melakukan pemulihan lebih luas.

Sentimen Fundamental Tertekan Sikap Hawkish Pejabat The Fed

Tekanan pada emas terus muncul dari pernyataan hawkish sejumlah pejabat Federal Reserve. Presiden Fed Atlanta Raphael Bostic dan Presiden Fed Kansas City Jeffrey Schmid sama-sama menegaskan bahwa inflasi masih menghadirkan risiko. Keduanya mendukung agar suku bunga tetap tinggi lebih lama.

Pernyataan itu akhirnya memangkas probabilitas pemangkasan suku bunga sebesar 25 basis poin pada Desember 2025 menjadi 45%, turun dari level sebelumnya yang berada di atas 60% berdasarkan CME FedWatch.

Pembelian Emas oleh Bank Sentral Global Tetap Tinggi

Meski harga sedang berada dalam tekanan, beberapa faktor fundamental masih memberikan harapan stabilitas. Goldman Sachs memperkirakan bahwa bank sentral global tetap agresif membeli emas. Diperkirakan pembelian mencapai 64 ton pada September, atau lebih dari tiga kali lipat dari jumlah di bulan sebelumnya.

China juga diperkirakan menambah sekitar 15 ton emas, jauh lebih besar dari laporan resmi sebesar 1,24 ton.

Goldman Sachs menilai tren akumulasi ini mencerminkan upaya bank sentral global dalam melakukan diversifikasi cadangan dan mengurangi risiko geopolitik serta tekanan keuangan.

Pergerakan Imbal Hasil Treasury dan Dampaknya pada Emas

Imbal hasil Treasury AS bertenor 10 tahun turun 1,5 basis poin menjadi 4,133%, sementara imbal hasil riil turun hampir dua basis poin ke 1,852%. Biasanya penurunan imbal hasil mendukung harga emas, tetapi efek positifnya tertekan oleh penguatan dolar yang masih dominan.

Wakil Ketua The Fed Philip Jefferson menyampaikan bahwa tekanan inflasi memang mulai mereda, tetapi pasar tenaga kerja tetap menjadi perhatian utama. Ia menilai kebijakan saat ini sudah cukup ketat, yang memberi sinyal bahwa The Fed kemungkinan menerapkan sikap “tunggu dan lihat”.

Emas Masih Menguat Tajam Sepanjang Tahun 2025

Walaupun sedang terkoreksi, emas masih mencatat kenaikan lebih dari 50% sepanjang tahun berjalan (year-to-date). Kenaikan ini didorong arus modal yang mencari perlindungan dari risiko fiskal global dan aksi beli besar-besaran oleh bank sentral.

Rali tersebut bahkan membawa emas mencetak rekor baru di atas US$4.380 pada bulan Oktober lalu.