Awas! Defisit Perak Menggila, Dunia Dihantui Fenomena Super Squeeze

 

Defisit Perak Makin Parah dan Memicu Fenomena Super Squeeze Global

Harga perak kembali menanjak tajam dan menarik perhatian pasar dunia. Logam putih ini melonjak 78% dalam setahun dan mencapai US$51,53 per ons pada Rabu, 19 November 2025. Lonjakan ini muncul karena pasokan semakin ketat, sementara permintaan industri terus meroket sehingga mendorong munculnya fenomena super squeeze.

Pasar Perak Menghadapi Tekanan Pasokan Serius

Sejumlah analis menilai krisis suplai perak terjadi secara struktural. Permintaan dari industri kendaraan listrik, panel surya, dan chip semikonduktor meningkat sangat agresif. Karena itu, pasokan yang terbatas tidak mampu mengimbangi lonjakan konsumsi global.

Situasi semakin ketat menjelang musim pernikahan di India, yang biasanya mendorong permintaan koin dan perhiasan perak. Kebijakan tarif baru yang diterapkan Amerika Serikat terhadap logam putih ini juga memperkeruh kondisi pasar.

Silver Institute Menegaskan Defisit Pasokan Berlanjut

Silver Institute memperkirakan pasar global akan mencatat defisit pasokan tahunan kelima sebesar 95 juta ons. Walaupun defisit ini lebih kecil dibandingkan tahun lalu, para analis menegaskan bahwa selisih produksi dan konsumsi tersebut tetap cukup besar untuk mempertahankan harga perak di level tertinggi sepanjang sejarah.

Permintaan industri memang melemah sedikit, namun arus masuk dana investasi justru melesat. Data survei menunjukkan bahwa investor global terus membeli perak, terutama melalui instrumen exchange-traded fund.

Investor Mendorong Permintaan Perak Melejit

Philip Newman, Managing Director Metals Focus, mengungkapkan bahwa ETF global mencatat arus masuk sebesar 187 juta ons sepanjang tahun 2025. Menurutnya, investor meningkatkan kepemilikan karena mereka khawatir terhadap ancaman stagflasi, besarnya utang pemerintah Amerika Serikat, hingga risiko geopolitik yang terus meningkat.

Ia juga menilai kinerja harga perak yang sangat kuat menambah kepercayaan investor bahwa tren penguatan akan berlanjut.

Permintaan Industri Terkoreksi Namun Tetap Tinggi

Dari sisi industri, konsumsi perak tahun ini diperkirakan mencapai 665 juta ons. Angka ini turun 2% secara tahunan akibat ketidakpastian ekonomi global dan kebijakan tarif antarnegara. Selain itu, banyak perusahaan mulai mengurangi penggunaan perak karena harganya semakin mahal.

Sektor panel surya atau fotovoltaik tetap mencatat instalasi global tertinggi. Namun, pabrikan modul surya menurunkan pemakaian perak per unit secara signifikan sehingga permintaan dari sektor ini turun sekitar 5%.

Di sisi lain, permintaan perhiasan dan peralatan makan perak juga menurun masing-masing 4% dan 11%. Permintaan koin dan batangan bahkan jatuh ke titik terendah dalam tujuh tahun di kisaran 182 juta ons.

Pasar AS Menjadi Faktor Penekan dan Penggerak Sekaligus

Sepanjang 2025, pasar Amerika Serikat menghadapi aksi jual besar dari investor ritel. Penjualan ini menahan laju permintaan global meskipun India, Jerman, dan Australia menunjukkan peningkatan pembelian.

India menjadi pembeli paling agresif dalam beberapa bulan terakhir. Investor di negara tersebut tetap membeli meski harga lokal melonjak karena mereka memprediksi tren penguatan akan berlanjut hingga tahun depan.

Gangguan Rantai Pasokan Memperburuk Kondisi

Tahun ini, rantai pasokan perak mengalami gangguan signifikan. Fisik perak menumpuk di lokasi yang salah dan berada dalam bentuk yang tidak sesuai kebutuhan industri. Pada awal tahun, volume besar perak mengalir ke AS karena para pelaku pasar mengantisipasi tarif impor.

Meskipun pemerintah AS akhirnya membebaskan perak dari tarif, logam tersebut tetap tertahan di New York. Kekhawatiran akan potensi pajak impor dan klasifikasi perak sebagai logam kritis membuat distribusi menjadi lambat.

Gudang penyimpanan di New York kini penuh. Kapasitas smelter untuk mendaur ulang perak juga sudah mencapai batas. Kondisi ini menyebabkan premi buyback untuk perak scrap di Amerika Utara turun drastis akibat kelebihan pasokan.

Sementara di London, tingginya permintaan India dan lonjakan pembelian ETF menciptakan kelangkaan signifikan. Hal ini mendorong tarif sewa atau lease rates ke level tertinggi sepanjang sejarah.

Analis Memproyeksikan Defisit Perak Berlanjut Bertahun-Tahun

Metals Focus memperingatkan bahwa kekurangan pasokan global akan terus terjadi. Produksi tambang perak mencapai puncaknya pada 2016 di level 900 juta ons. Namun sejak itu, produksi tambang turun rata-rata 1,4% per tahun. Pada 2023, produksi global hanya mencapai 814 juta ons.

Karena pasokan tidak berkembang secepat permintaan, pasar kemungkinan besar akan memasuki periode defisit jangka panjang yang mendorong risiko super squeeze semakin besar.

Meta Description (SEO Yoast)

Harga perak melonjak 78% akibat defisit pasokan global dan fenomena super squeeze. Pasokan menipis, permintaan industri dan investasi meningkat tajam. Simak analisis lengkapnya.

Focus Keyphrase

defisit perak super squeeze

Slug URL

defisit-perak-super-squeeze-menggila