emasharini.id – Pada pekan ketiga September 2025, pasar keuangan Indonesia menghadapi tekanan signifikan. Modal asing tercatat keluar sebesar Rp 8,2 triliun. Jumlah ini menimbulkan kekhawatiran di kalangan pelaku pasar terkait kestabilan ekonomi domestik dan prospek investasi ke depan. Meski demikian, Bank Indonesia (BI) menilai fenomena ini bersifat sementara dan tidak mengancam fundamental perekonomian Indonesia.
Aliran modal asing keluar ini terutama terlihat pada pasar saham dan obligasi. Investor asing menarik dana dari portofolio investasi untuk mengantisipasi risiko global yang meningkat. Pasar saham Indonesia mengalami volatilitas, sementara yield obligasi meningkat seiring permintaan investor domestik untuk aset aman.
Faktor Penyebab Aliran Modal Asing Keluar
Beberapa faktor mendorong keputusan investor asing untuk menarik dananya dari pasar Indonesia.
Pertama, ketidakpastian ekonomi global. Kondisi ekonomi dunia saat ini masih menghadapi risiko resesi di sejumlah negara maju. Investor global mencari instrumen investasi yang lebih aman, sehingga memindahkan dananya dari pasar negara berkembang, termasuk Indonesia, ke negara dengan suku bunga tinggi dan stabilitas ekonomi lebih terjamin.
Kedua, kebijakan moneter Amerika Serikat. Suku bunga tinggi di AS menarik aliran modal ke pasar Amerika, meninggalkan pasar negara berkembang. Keputusan Federal Reserve untuk mempertahankan suku bunga tinggi membuat investor asing menilai imbal hasil di Indonesia kurang kompetitif dibanding pasar AS.
Ketiga, kinerja ekonomi domestik yang melambat. Beberapa indikator, seperti inflasi yang belum sepenuhnya terkendali dan konsumsi rumah tangga yang melemah, membuat investor berhati-hati. Penurunan pertumbuhan daya beli masyarakat juga menimbulkan kekhawatiran terhadap prospek laba perusahaan domestik.
Respons Bank Indonesia dan Pemerintah
Bank Indonesia menekankan bahwa aliran modal asing keluar bersifat temporer. BI meyakinkan pasar bahwa fundamental ekonomi Indonesia tetap kuat. Cadangan devisa berada pada level aman, pertumbuhan ekonomi masih positif, dan defisit transaksi berjalan terkendali.
BI mengambil langkah antisipatif, termasuk intervensi di pasar valuta asing untuk menstabilkan rupiah. Selain itu, BI memastikan likuiditas perbankan tetap memadai, sehingga sistem keuangan domestik tetap stabil meski terjadi tekanan modal keluar.
Pemerintah juga menekankan koordinasi dengan BI untuk menjaga kepercayaan investor. Berbagai insentif investasi dan program pemulihan ekonomi diharapkan mampu menarik investor domestik maupun asing kembali ke pasar modal dan obligasi.
Implikasi terhadap Pasar dan Ekonomi Domestik
Tekanan akibat modal asing keluar dapat meningkatkan volatilitas pasar saham, mempengaruhi harga obligasi, dan menekan nilai tukar rupiah dalam jangka pendek. Namun, BI optimistis langkah-langkah mitigasi yang dilakukan mampu menahan dampak negatif.
Investasi domestik diharapkan tetap menjadi pendorong utama pertumbuhan ekonomi. Konsumsi rumah tangga dan belanja pemerintah juga diandalkan untuk menjaga momentum pertumbuhan. Dengan koordinasi yang baik antara otoritas moneter dan fiskal, Indonesia diharapkan mampu mengatasi tekanan pasar dan mempertahankan stabilitas ekonomi.
Ke depan, pemantauan kondisi global dan respons kebijakan domestik menjadi kunci. Investor diimbau tetap berhati-hati, namun peluang pertumbuhan jangka menengah tetap terbuka karena fundamental ekonomi Indonesia solid.
