Awas Balas Dendam Emas Dimulai, Siap-Siap Harga Meledak Lagi!

 

Harga Emas Mulai Melemah, tetapi Bersiap Melakukan ‘Balas Dendam’ Kenaikan

Meta Description (SEO Yoast):
Harga emas sempat melemah akibat dolar AS menguat, tetapi analis memperkirakan emas akan kembali meroket hingga tahun depan karena dorongan suku bunga, permintaan investor, dan risiko geopolitik.

Kata Kunci Utama:
proyeksi harga emas naik 2026

Slug URL:
proyeksi-harga-emas-naik-2026

Harga Emas Melemah Sementara sebelum Masuk Fase Kenaikan Baru

Harga emas mulai meredup pada perdagangan Rabu (12/11/2025) siang. Tekanan ini muncul karena dolar AS menguat dan sebagian investor mengambil keuntungan setelah reli emas yang cukup panjang. Meskipun demikian, banyak analis menilai bahwa pelemahan ini hanya bersifat sementara karena harga emas berpotensi melakukan “balas dendam” dan kembali melesat hingga tahun depan.

Hingga pukul 13.50 WIB, harga emas di pasar spot melemah 0,29% ke posisi US$4.113,71 per troy ons. Pada sesi sebelumnya, harga emas justru naik 0,26% ke US$4.126,44 per troy ons dan mencatatkan penguatan selama tiga hari berturut-turut. Kenaikan tersebut bahkan menjadi level tertinggi dalam hampir tiga minggu.

Dolar AS Menguat dan Menekan Harga Emas

Pada perdagangan intraday Rabu, indeks dolar AS (DXY) menguat 0,10% ke posisi 99,55. Dolar yang kembali bangkit setelah melemah selama lima hari berturut-turut memberikan tekanan langsung terhadap emas. Ketika dolar menguat, emas menjadi kurang menarik bagi pemegang mata uang lainnya.

Kepala Analis Pasar KCM Trade, Tim Waterer, mengatakan bahwa penurunan dolar selama beberapa hari sebelumnya telah menguntungkan emas dan perak. Kini, ia menilai emas mulai kembali berada pada level normalnya di atas US$4.100 per troy ons. Ia juga memperkirakan bahwa emas berpotensi menembus level tertinggi selanjutnya apabila data ekonomi Amerika Serikat terus mendukung kebijakan pelonggaran moneter tambahan.

Pemulihan Pemerintahan AS Bantu Pulihkan Kepercayaan Pasar

Sementara itu, indeks dolar kembali menguat setelah Senat Amerika Serikat mengesahkan kesepakatan untuk memulihkan pendanaan federal. Keputusan ini mengakhiri penutupan pemerintahan terlama dalam sejarah AS, yang sebelumnya memicu kekacauan berupa tertundanya tunjangan pangan, terhentinya pembayaran pekerja federal, gangguan lalu lintas udara, hingga ketiadaan data ekonomi resmi.

Keputusan tersebut memberikan sedikit kelegaan bagi pasar karena pemerintah kembali memiliki ruang untuk menyediakan data ekonomi yang dapat membantu investor dan pelaku pasar dalam mengambil keputusan.

Ekspektasi Penurunan Suku Bunga Mengangkat Prospek Emas

FedWatch CME Group melaporkan bahwa pelaku pasar kini memperkirakan probabilitas 68% bahwa Federal Reserve akan memangkas suku bunga sebesar 25 basis poin pada bulan depan. Angka ini meningkat dibandingkan prediksi 64% pada sesi sebelumnya. Lingkungan suku bunga rendah sering kali menjadi pendukung utama bagi emas karena logam mulia tidak memberikan imbal hasil, sehingga menjadi lebih kompetitif ketika bunga menurun.

Gubernur The Fed, Stephen Miran, bahkan menyatakan bahwa pemotongan suku bunga sebesar 50 basis poin untuk Desember masih relevan. Ia menilai inflasi terus menurun, sementara tingkat pengangguran menunjukkan tren peningkatan, sehingga bank sentral membutuhkan kebijakan lebih longgar.

Minat Investor Melalui ETF Ikut Meningkat

Minat investor terhadap emas juga terlihat dari arus masuk ke SPDR Gold Trust (GLD), ETF emas terbesar di dunia. Kepemilikan GLD naik 0,41% menjadi 1.046,36 metrik ton pada Selasa, meningkat dari 1.042,06 ton pada sehari sebelumnya. Lonjakan permintaan ini mencerminkan meningkatnya kepercayaan bahwa emas masih memiliki ruang penguatan.

Analis Global Optimis Harga Emas Berpotensi Meledak

Wells Fargo Investment Institute memproyeksikan harga emas dapat melesat ke kisaran US$4.500 hingga US$4.700 per ons pada akhir 2026. Mereka menilai bahwa reli emas saat ini masih jauh dari selesai karena berbagai faktor pendukung seperti kenaikan utang AS, lonjakan risiko geopolitik, dan meningkatnya permintaan dari bank sentral serta investor global.

Kondisi ekonomi AS yang kehilangan lapangan kerja pada Oktober dan melemahnya sentimen konsumen ke level terendah dalam 3,5 tahun memberikan tekanan tambahan bagi The Fed untuk segera bertindak. Situasi ini memberi angin segar bagi pergerakan emas.

UBS Memperkirakan Permintaan Emas Meningkat Tajam

UBS juga memprediksi permintaan emas tahun ini dan tahun depan akan berada pada level tertinggi sejak 2011. Mereka memperingatkan bahwa jika terjadi lonjakan risiko politik atau keuangan global, harga emas bisa mendekati US$4.700 lebih cepat dari perkiraan.

Tidak hanya emas, perak juga terapresiasi 0,6% menjadi US$50,83. Platinum dan paladium turut mengalami kenaikan tipis, menandakan bahwa sektor logam mulia secara keseluruhan sedang berada dalam momentum positif.

Tren Jangka Panjang Masih Mendukung Emas

Analis menilai bahwa meskipun harga emas mungkin mengalami fluktuasi jangka pendek, pergerakan tersebut merupakan bagian dari proses konsolidasi alami. Dalam jangka panjang, tren bullish emas masih sangat kuat karena fondasi makroekonomi dan geopolitik tetap mendukung.

Bagi investor, emas terus menjadi pilihan utama untuk melindungi nilai kekayaan dari risiko inflasi, ketidakpastian ekonomi, dan gejolak global. Proyeksi harga US$4.500 hingga US$4.700 menegaskan bahwa emas masih menyimpan potensi besar untuk menguat dalam satu hingga dua tahun ke depan.

Kesimpulan: Emas Siap Melanjutkan Kenaikan Jangka Panjang

Secara keseluruhan, pelemahan harga emas saat ini hanya bersifat sementara. Dengan tekanan inflasi, risiko geopolitik yang tetap tinggi, suku bunga yang berpotensi turun, dan permintaan investor yang kuat, pasar emas masih berada dalam fase bullish. Banyak analis sepakat bahwa reli emas belum berakhir dan justru memasuki babak kenaikan baru yang bisa berlangsung hingga 2026.