emasharini.id – BPI Danantara berhasil menjual seluruh penerbitan Patriot Bond senilai Rp 50 triliun kepada investor. CEO Rosan Roeslani menyatakan bahwa target itu sudah “fully subscribed.” Meski ramai dokumen yang menyebut nama-nama konglomerat sebagai pembeli—seperti Anthoni Salim, Prajogo Pangestu, Franky Widjaja, Boy Thohir dan lainnya —Rosan memilih tidak menjawab secara spesifik daftar tersebut.
Tujuan Dana dan Proyek Waste to Energy
Rosan mengungkap bahwa penggunaan dana Patriot Bond akan fokus pada proyek waste to energy (WTE). Dia menyebut, proses tender proyek tersebut akan segera berjalan pada Oktober 2025. Selain WTE, alokasi dana juga bakal mendukung energi baru terbarukan secara lebih luas.
Dengan target Rp 50 triliun yang telah terpenuhi, Danantara menyiapkan pelaksanaan proyek-proyek strategis itu sebagai wujud nyata kontribusi ke pembangunan nasional dan transisi energi.
Kontroversi Dokumen dan Respons Danantara
Sebelumnya, tersebar dokumen yang menyebut bahwa dana Patriot Bond mencapai Rp 51,75 triliun hingga September 2025. Dokumen itu memuat nama-nama besar sebagai investor dengan alokasi hingga Rp 3 triliun.
Namun, Danantara menyangkal bahwa dokumen itu resmi. MD Global Relations & Governance Danantara, Mohamad Al-Arief, menegaskan daftar itu bukan informasi resmi. Dia menyampaikan bahwa skema penerbitan Patriot Bond dilakukan melalui private placement, bukan penawaran publik terbuka.
Al-Arief juga menyampaikan bahwa partisipasi investor bersifat sukarela. Dia menekankan prinsip kehati-hatian, tata kelola yang baik, dan transparansi dalam pelaksanaan program ini.
Relevansi dan Tantangan
Patriot Bond menjadi instrumen finansial penting untuk menggalang dana swasta dalam pembangunan berkelanjutan. Dengan proyek yang konkret seperti WTE, Danantara berharap program ini jadi jembatan antara aspirasi publik dan kapasitas investasi nasional.
Namun tantangan tetap ada. Keterbukaan informasi terkait pemegang obligasi menjadi isu publik yang harus dijawab. Apabila daftar konglomerat memang ada dan digunakan sebagai alat kredibilitas, Danantara perlu menjelaskan lebih transparan untuk menjaga kepercayaan pasar dan publik.
