emasharini.id – Bursa Efek Indonesia (BEI) mendukung langkah Danantara dalam mendorong perusahaan BUMN dan anak usahanya melakukan penawaran umum perdana (IPO). Direktur Penilaian Perusahaan BEI, I Gede Nyoman Yetna, menyatakan bahwa pihak bursa telah aktif berkomunikasi dengan Danantara untuk mendapatkan dukungan dan target dari entitas tersebut. Meski begitu, hingga laporan ini muncul belum ada BUMN spesifik yang telah masuk dalam pipeline IPO sebagai hasil langsung dari manajemen Danantara.
Peran Danantara dan Status Pipeline IPO
Danantara, sebagai badan pengelola investasi yang mengonsolidasikan sejumlah BUMN, memiliki peran penting dalam perencanaan pencatatan saham bagi entitas‑entitas pelat merah di pasar modal. Saat ini BEI mencatat bahwa target IPO untuk tahun ini mencakup total instrumen pasar modal (saham, obligasi, warrant) mencapai 66 perusahaan, dan target tersebut sudah tersedia hingga sekitar 80 %. Dari jumlah calon emiten, 11 perusahaan masuk dalam antrean pencatatan hingga 26 September 2025 dengan mayoritas aset menengah. Empat di antaranya memiliki aset di atas Rp 250 miliar dan tujuh lainnya berada di kisaran Rp 50‑250 miliar.
Kendala dan Persiapan Realisasi IPO
Meskipun target dan dukungan telah disebutkan, realisasi IPO BUMN melalui Danantara masih menghadapi beberapa kendala. BEI masih menunggu detail dari Danantara mengenai proses dan prosedur untuk listing. Menurut Nyoman, “Saat ini kami di bursa sudah berhubungan dengan Danantara … kita tunggu dari Danantara-nya.” Faktanya, belum ada nama BUMN yang dipastikan akan segera IPO sebagai bagian dari skema konsolidasi Danantara. Hal ini menunjukkan bahwa rencana masih pada tahap konsep dan penyiapan.
Dampak bagi Pasar Modal dan BUMN
Upaya ini berpotensi memperkuat likuiditas dan supply emiten di pasar modal Indonesia jika terealisasi. Konsolidasi di bawah Danantara bisa menciptakan entitas BUMN yang lebih terstruktur dan siap go public. Namun, ketidakpastian waktu dan entitas yang akan IPO bisa menimbulkan kekhawatiran investor terhadap komitmen dan transparansi pelaksanaan. Pasar modal juga perlu memantau proses ini agar tidak terjadi listing yang terburu‑buru tanpa persiapan memadai.
Dengan demikian, inisiatif Danantara untuk mendorong IPO BUMN memperoleh dukungan institusi seperti BEI, namun detail pelaksanaannya masih dalam tahap perencanaan. Skenario ini memerlukan pengumuman resmi mengenai entitas yang akan dilisting serta kerangka waktu yang jelas agar strategi ini terealisasi secara optimal.
