Jakarta, 5 September 2025 – emasharini.id – Harga emas dunia terkoreksi karena banyak investor memilih mencairkan keuntungan yang telah mereka peroleh. Langkah ini dilakukan menjelang publikasi data ketenagakerjaan Amerika Serikat (AS), yang diperkirakan dapat memengaruhi arah kebijakan suku bunga The Federal Reserve (The Fed).
Aksi Realisasi Laba Menekan Harga Emas
Harga emas di pasar spot turun 0,4% menjadi US$ 3.544,15 per troy ounce, sementara kontrak berjangka emas AS melemah 0,9% ke US$ 3.603,70. Koreksi ini terjadi hanya sehari setelah emas menyentuh rekor tertinggi akibat ekspektasi penurunan suku bunga.
Banyak pelaku pasar memilih mengamankan profit untuk mengantisipasi lonjakan volatilitas saat data ketenagakerjaan dirilis. Aksi jual ini menyebabkan tekanan harga dan membuat emas turun dari posisi puncaknya.
Fokus Pasar Beralih ke Data Non-Farm Payroll
Saat ini, perhatian pasar tertuju pada laporan non-farm payroll (NFP) yang akan segera diumumkan. Sejumlah analis memperkirakan data tersebut menunjukkan perlambatan sektor tenaga kerja, yang bisa memperbesar peluang pemangkasan suku bunga oleh The Fed pada pertemuan berikutnya.
Selain itu, peningkatan klaim tunjangan pengangguran mingguan yang melampaui ekspektasi turut memperkuat dugaan bahwa pasar tenaga kerja AS sedang melemah.
Spekulasi Pemangkasan Suku Bunga Menguat
Ekspektasi penurunan suku bunga terus menguat karena muncul berbagai sinyal perlambatan ekonomi. Beberapa pejabat The Fed bahkan menyampaikan kekhawatiran bahwa mempertahankan suku bunga tinggi terlalu lama dapat mengganggu stabilitas pasar tenaga kerja.
Apabila data NFP menunjukkan pelemahan, peluang pemangkasan suku bunga akan semakin besar—dan kondisi ini berpotensi menjadi katalis positif bagi pergerakan harga emas ke depan.
Ketidakpastian Politik Menambah Tekanan
Faktor politik juga menambah tekanan bagi pasar. Presiden Donald Trump secara terbuka mengusulkan agar Gubernur The Fed Lisa Cook diberhentikan dari jabatannya.
Pernyataan tersebut memicu kekhawatiran tentang campur tangan politik terhadap independensi The Fed, sehingga meningkatkan ketidakpastian di pasar keuangan.
Bank Sentral Dunia Perbesar Kepemilikan Emas
Di sisi lain, sejumlah bank sentral global mulai menambah porsi emas dalam cadangan devisa mereka. Gubernur Bank Sentral Polandia Adam Glapinski, misalnya, mengusulkan peningkatan porsi emas dari 20% menjadi 30%.
Langkah ini mencerminkan pandangan bahwa emas masih menjadi aset lindung nilai utama di tengah meningkatnya risiko global.
Logam Mulia Lain Juga Melemah
Tidak hanya emas, logam mulia lain ikut terkoreksi. Harga perak turun 1,2% setelah sebelumnya sempat menyentuh level tertinggi sejak 2011. Platinum merosot 3,8%, sedangkan paladium melemah 1,6%.
Pelemahan bersama ini menunjukkan bahwa sentimen pasar logam mulia saat ini didominasi aksi ambil untung.
Harga Emas Masih Rawan Berfluktuasi
Pasar emas tengah memasuki fase penuh ketidakpastian. Banyak investor menahan diri hingga rilis data ketenagakerjaan AS yang akan menentukan arah kebijakan moneter The Fed.
Selama ekspektasi penurunan suku bunga belum benar-benar terkonfirmasi, harga emas diperkirakan akan tetap bergerak fluktuatif dalam jangka pendek.