emasharini.id – Freeport mengumumkan bahwa produksi tembaga dan emas di tambang Grasberg akan dipangkas signifikan, memicu respons positif pasar komoditas logam. Pengumuman tersebut mendorong kenaikan harga tembaga dan mempengaruhi arah emas dalam perdagangan global dan lokal.
Dampak Langsung: Tembaga Naik, Emas Ikut Terpengaruh
Setelah pengumuman produksi, harga tembaga melonjak sekitar 2 % dalam perdagangan intraday. Lonjakan ini terjadi karena kekhawatiran akan pasokan global yang semakin sesak.
Freeport memproyeksikan penurunan penjualan kuartal III 2025 sekitar 4 % untuk tembaga dan 6 % untuk emas dibanding estimasi sebelumnya. Proyeksi ini memperparah tekanan pasokan dan menjadi katalis positif bagi harga logam.
Sementara itu, pasar emas juga merespon kabar tersebut. Investor mulai mencari aset safe haven, sehingga emas mengalami peningkatan permintaan meski tidak sebesar tembaga.
Proyeksi Produksi dan Implikasinya
Freeport memperkirakan bahwa produksi tembaga dan emas dari operasi Grasberg pada 2026 bisa turun hingga 35 % dari estimasi awal. Penurunan ini sangat signifikan dan bisa menghentikan pasokan logam global jika tidak segera diantisipasi.
Perusahaan menilai pemulihan ke tingkat produksi pra-insiden belum akan tercapai sampai setidaknya 2027, karena proses restart dan ekspansi akan berjalan bertahap.
Seiring berkurangnya suplai dari Freeport — salah satu pemain besar di pasar — harga tembaga global berpotensi terus mengalami tekanan ke atas. Emas juga bisa terus menguat jika investor terus mencari lindung nilai terhadap ketidakpastian ekonomi global.
Strategi Investor dan Perhatian Utama
Investor tembaga akan memantau realisasi produksi Freeport dan data persediaan global. Jika penurunan produksi terbukti, ekspektasi terhadap harga jangka menengah hingga panjang dapat lebih optimis.
Sedangkan untuk emas, investor perlu menimbang faktor-faktor lain seperti suku bunga, inflasi, dan kebijakan moneter Bank Sentral AS. Emas bisa menjadi pilihan cadangan alternatif jika pasar mengalami volatilitas tinggi.
Meski demikian, risiko koreksi tetap terbuka. Jika pasokan alternatif muncul atau permintaan global melemah, harga logam bisa kembali turun. Keseimbangan antara permintaan dan pasokan akan menentukan arah selanjutnya.
Pengumuman Freeport tentang penurunan produksi bukan sekadar kabar tambang—itu menjadi sinyal kuat bagi pasar logam dunia. Dengan pasokan tembaga yang berkurang, harga bisa bergerak lebih tinggi. Emas pun menjadi sorotan sebagai aset pelindung nilai. Bagi investor, momentum ini bisa menjadi titik penting dalam mengatur strategi portofolio komoditas mereka.
