emasharini.id – Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) mencatatkan penguatan sebesar 0,23 persen dalam periode sepekan. Dari level 8.099,333 pekan lalu, IHSG naik menjadi 8.118,301. Kinerja tersebut turut mendorong kapitalisasi pasar Bursa Efek Indonesia (BEI) tembus Rp 15.079 triliun.
Pertumbuhan itu menunjukkan optimisme investor meskipun tantangan ekonomi global masih membayangi. Sentimen positif mengalir dari indikator teknikal dan aktivitas transaksi yang merangsang pasar.
Dorongan Aktivitas Perdagangan
Lonjakan kapitalisasi pasar sejalan dengan dinamika transaksi harian. Rata-rata frekuensi transaksi meningkat 6,68 persen, menjadi 2,62 juta kali transaksi, naik dari 2,46 juta transaksi pekan sebelumnya. Volume perdagangan harian juga bertambah 5,61 persen, menjadi sekitar 49,72 miliar lembar saham, dari 47,08 miliar.
Meski begitu, nilai transaksi rata-rata harian tercatat turun 11,24 persen, menjadi sekitar Rp 625,02 triliun. Penurunan ini bisa disebabkan oleh dominasi saham berkapitalisasi besar yang volume per transaksi lebih tinggi, atau investor memilih diversifikasi instrumen.
Peran Investor Asing dan Aliran Modal
Sikap investor asing menunjukkan pola menarik sepanjang pekan ini. Di Jumat terakhir perdagangan, asing mencatat nilai net buy bersih senilai Rp 199,79 miliar. Namun secara kumulatif sepanjang tahun 2025, investor asing masih mencatat jual bersih sebesar Rp 56,71 triliun.
Fenomena ini mencerminkan bahwa meskipun ada gelombang masuk jangka pendek, tekanan jual jangka panjang tetap kuat. Arah kebijakan moneter global, pergeseran kurs, dan sentimen eksternal menjadi faktor penting dalam keputusan mereka.
Tantangan & Peluang ke Depan
Kenaikan moderat IHSG dan kapitalisasi pasar yang menembus Rp 15.079 triliun membuka ruang optimisme, tetapi tidak tanpa risiko. Pertama, investor harus mencermati apakah kenaikan ini berkelanjutan jika sentimen eksternal memanas, seperti fluktuasi suku bunga global atau perang dagang.
Kedua, penurunan nilai rata-rata transaksi menunjukkan bahwa meskipun jumlah transaksi meningkat, nilai transaksi per transaksi bisa lebih tipis. Hal ini menuntut pelaku pasar memilih saham yang likuid dan fundamentalnya kuat.
Ketiga, tekanan dari penjualan asing secara tahunan masih menjadi hambatan. Jika tren net sell berlanjut, arus modal keluar bisa menyulitkan stabilitas pasar.
Namun, peluang tetap ada. Kenaikan frekuensi dan volume transaksi menunjukkan minat investor untuk aktif di pasar saham. Jika perusahaan terus menghasilkan kinerja positif dan publikasi data ekonomi domestik mendukung, indeks bisa melanjutkan penguatan.
