emasharini.id – Permintaan logam mulia di pasar Indonesia terus menunjukkan tren positif. Dalam situasi ini, produk pembiayaan emas milik BCA Syariah mencatat performa yang sangat baik dan menarik banyak perhatian pasar. Pertumbuhan signifikan ini menggambarkan bahwa instrumen emas bukan sekadar alternatif investasi, melainkan bagian dari strategi keuangan masyarakat modern.
Lonjakan Pembiayaan Emas: Angka & Akses
Per Agustus 2025, outstanding pembiayaan emas BCA Syariah telah mencapai sekitar Rp 313 miliar, tumbuh 145,9 persen secara tahunan (yoy) dibanding periode sama tahun sebelumnya.
Jumlah akun pembiayaan emas menembus 6.000 nasabah, naik dua kali lipat dibanding periode yang sama tahun lalu.
Direktur BCA Syariah, Pranata, menyebut bahwa pihaknya sengaja memfokuskan langkah ekspansi ke produk emas. “Kami terus mendorong produk emas karena risikonya relatif rendah dan permintaan konsumen tinggi,” ujarnya.
Untuk memudahkan akses, BCA Syariah menyediakan pengajuan pembiayaan emas melalui aplikasi mobile, tanpa harus datang ke cabang secara fisik.
Produk ini menggunakan akad murabahah, dan menawarkan jangka waktu pembiayaan antara 1 hingga 5 tahun.
Faktor yang Mendorong Kepopuleran Produk
Salah satu daya tarik utama adalah bahwa pembiayaan emas dianggap relatif aman dan stabil—emas memiliki nilai intrinsik yang kuat dan historis sebagai aset tahan terhadap inflasi. Pranata menilai bahwa keunikan ini membantu menarik minat masyarakat lebih luas, terutama investor ritel yang mencari instrumen investasi dengan profil risiko moderat.
Bank juga memanfaatkan momentum peningkatan harga emas global dan domestik agar produk pembiayaan emas makin relevan. Kondisi ekonomi global yang tidak stabil membuat logam mulia semakin banyak dipilih sebagai instrumen lindung nilai.
Selain itu, kemudahan dalam prosedur pendaftaran, akses digital, dan transparansi biaya menjadi nilai tambah bagi produk Emas iB yang ditawarkan BCA Syariah.
Tantangan & Catatan Penting
Meski sangat menjanjikan, pengelolaan risiko tetap harus diperhatikan. Jika harga emas nanti mengalami koreksi tajam, debitur bisa mengalami kerugian nilai riil dibanding nilai pembiayaan.
Bank harus menyiapkan sistem evaluasi kredit dan pemantauan yang ketat agar nasabah tetap mampu membayar cicilan.
Ketergantungan pada logam mulia juga bisa menyulitkan bila permintaan mulai beralih ke instrumen lain ketika kondisi ekonomi membaik.
Peningkatan pembiayaan emas di BCA Syariah juga harus disertai edukasi kepada nasabah soal mekanisme akad, biaya margin, dan konsekuensi jika gagal bayar.
Implikasi & Harapan Ke Depan
Pertumbuhan signifikan ini menunjukkan bahwa pasar Indonesia siap menyambut solusi pembiayaan berbasis logam mulia. Produk seperti Emas iB bisa menjembatani kebutuhan investasi dan akses likuiditas masyarakat.
Jika BCA Syariah berhasil menjaga kualitas portofolio dan mempertahankan transparansi, produk ini bisa menjadi pilar baru dalam pembiayaan syariah.
Ke depan, integrasi dengan layanan keuangan digital lain atau produk afiliasi (misalnya marketplace emas, tabungan emas, atau pengelolaan logam mulia) dapat memperluas ekosistem dan memperkokoh keberlanjutan bisnis ini.
