emasharini.id – Pemerintah menempatkan dana segar sebesar Rp 200 triliun ke bank-bank Himbara (bank BUMN). Langkah ini bertujuan memperkuat likuiditas perbankan dan mendorong tumbuhnya kredit ke sektor riil.
Realisasi dan Penyaluran: Siapa Tercepat?
Dari dana segar itu, penyaluran sudah menyentuh angka tinggi di beberapa bank. Bank Mandiri tercatat menjadi yang tercepat dengan realisasi 74% dari alokasi. Bank BRI menyusul di posisi 62% penyaluran dana. BNI sudah menyalurkan sekitar separuh dari jatah yang diterima. BTN baru menyalurkan sebagian kecil dari alokasi, sementara BSI juga ikut menyerap dana.
Penyaluran dana dilakukan sejak 12 September 2025 melalui skema bunga khusus — 80% dari suku bunga acuan BI — yakni sekitar 3,8%.
Skema ini memberi insentif agar bank menyalurkan kredit ke sektor produktif, bukan sekadar menahan dana.
Manfaat vs Risiko: Apa yang Bisa Terjadi?
Manfaat yang diharapkan:
-
Memacu pertumbuhan kredit untuk modal usaha kecil dan menengah
-
Mendorong konsumsi dan investasi lewat sektor riil
-
Meredam biaya dana bank BUMN yang cenderung tinggi
-
Menunjang ekspansi produksi industri yang butuh pembiayaan
Risiko yang harus diwaspadai:
-
Kredit macet jika penerima dana tidak mampu membayar
-
Overokupansi bank Himbara dengan beban kredit tinggi
-
Moral hazard jika bank “dipaksa” menyalurkan dana
-
Tidak terserap optimal jika penyaluran terlalu selektif
Beberapa pihak bahkan menyebut program ini bisa menjadi “bom waktu” bila pengelolaan kredit tidak hati-hati.
Penempatan dana Rp 200 triliun di Himbara memiliki potensi besar sebagai stimulus ekonomi strategis.
Namun keberhasilan bukan hanya soal jumlah dana disalurkan, melainkan juga kualitas dan kemampuan rasional menilai debitur.
Jika seluruh bank pelat merah mampu menyalurkan kredit dengan selektif dan bertanggung jawab, kebijakan ini bisa menguatkan pondasi ekonomi nasional.
Sebaliknya, jika gagal mengantisipasi risiko kredit bermasalah, tindakan ini justru bisa memperparah kesehatan sektor perbankan.
Ke depan, publik dan pemangku kepentingan harus memantau dengan cermat realisasi, efektivitas, dan dampak jangka panjang dari program ini.
Tantangan besar menanti — apakah dana itu akan menjadi akselerator pertumbuhan, atau beban baru di neraca bank.
