emasharini.id – Pada Senin, 6 Oktober 2025, harga emas dunia menguat 0,61 % ke posisi USD 3.910,39 per troy ons. Bahkan di awal perdagangan pagi, sempat menyentuh USD 3.919,19 per troy ons. Kenaikan ini melanjutkan tren penguatan pekan sebelumnya, ketika pada Jumat, 3 Oktober, harga ditutup di sekitar USD 3.885, naik 0,7 %.
Penguatan ini menandai harga emas alamiah melewati rekor tertinggi sebelumnya, seiring sentimen kuat dari pasar global. Sejak awal tahun, harga emas telah naik hingga 48 %, menjadi performa terbaik dalam satu tahun sejak 1979.
Faktor Pendorong: Suku Bunga, Dolar, dan Kebijakan AS
Beberapa faktor fundamental mendukung reli harga emas:
-
Suku bunga rendah: Tekanan bagi suku bunga AS dan ekspektasi pemangkasan mendorong daya tarik emas sebagai aset non-yield.
-
Dolar AS melemah: Mata uang AS yang melemah membuat emas lebih menarik di pasar internasional.
-
Shutdown pemerintah AS: Ketidakpastian fiskal menambah tekanan ke aset berisiko sehingga investor beralih ke emas sebagai safe haven.
-
Permintaan ETF & bank sentral: Aliran dana ke ETF emas dan pembelian emas oleh bank sentral memperkuat permintaan.
Namun di sisi teknikal, indikator seperti RSI sudah menunjukkan kondisi overbought, sehingga potensi koreksi jangka pendek tetap terbuka.
Dampak Domestik: Rekor Harga Emas di Indonesia
Lonjakan harga global langsung tercermin di pasar lokal. Emas Antam mencatat kenaikan Rp 11.000 menjadi Rp 2.250.000 per gram, rekor tertinggi sepanjang masa.
Harga buyback Antam juga naik Rp 11.000 menjadi Rp 1.098.000 per gram.
Sementara itu, di platform digital Treasury, harga beli emas tercatat Rp 2.177.414 per gram sekitar pukul 12.00 WIB, naik sekitar Rp 35.000 dari penutupan akhir pekan.
Pada pukul 15.00 WIB, harga sempat menembus Rp 2.181.816 per gram, mendekati batas psikologis Rp 2.200.000 per gram.
Prospek dan Saran untuk Investor
Kenaikan harga emas diperkirakan akan terus berlanjut, bahkan berpotensi menembus zona psikologis USD 4.000 per troy ons jika sentimen terhadap dolar AS dan kebijakan moneter semakin berat ke arah longgar.
Namun, investor tetap harus memperhatikan potensi koreksi teknikal dalam jangka pendek. Indikator RSI dan Stochastic sudah memasuki wilayah jenuh beli—itulah risiko yang harus diantisipasi.
Bagi investor lokal, tingginya harga emas fisik dan digital bisa menjadi momentum masuk atau penambahan posisi emas dalam portofolio jangka menengah. Pastikan memilih penyedia yang legal dan memerhatikan spread serta biaya cetak/jual kembali.
Akhirnya, kombinasi faktor fundamental global dan dinamika domestik menegaskan bahwa emas saat ini berada di momentum penguatan kuat. Meski begitu, kewaspadaan tetap penting agar investor tidak terjebak koreksi mendadak.
