emasharini.id – Pemerintah Amerika Serikat resmi mengalami penutupan (shutdown) mulai 1 Oktober 2025 setelah Kongres gagal menyetujui anggaran. Kondisi tersebut mendorong lonjakan harga emas dunia ke rekor baru, mencapai US$ 3.864,60 per ons.
Peristiwa itu terjadi ketika investor mencari tempat aman (safe haven) di tengah ketidakpastian kebijakan fiskal AS. Harga emas spot sempat menyentuh level historis tersebut saat pasar merespons berita politik dan pemangkasan dana lembaga federal nonesensial.
Faktor Penyebab Lonjakan Emas
Pertama, ketidakpastian politik AS memicu tekanan pada dolar Amerika. Dolar melemah sehingga emas — yang dinilai dalam dolar — menjadi lebih menarik bagi investor non-AS.
Kedua, pelaku pasar memperkirakan penundaan data ekonomi penting akibat shutdown. Laporan ketenagakerjaan non-fatih diprediksi tertunda, menambah kecemasan pasar terhadap fundamental ekonomi.
Ketiga, sepanjang 2025, harga emas telah melonjak tajam. Lonjakan ini didorong aliran modal ke Exchange Traded Fund (ETF) berbasis emas dan pembelian besar oleh bank sentral. Kenaikan tahun ini sudah melampaui angka 40 persen dari awal tahun.
Keempat, spekulasi pasar atas langkah suku bunga The Fed semakin memperkuat tren kenaikan. Narasi tentang pemangkasan suku bunga di masa mendatang turut mendorong peminat emas.
Reaksi Pelaku Pasar & Prediksi
Nicholas Frappell, Global Head of Institutional Markets di ABC Refinery, menyebut bahwa harga emas mendapat dukungan kuat dari kekhawatiran terhadap dolar, kegagalan anggaran pemerintah, dan faktor geopolitik global. Ia juga memperkirakan potensi kenaikan emas menuju US$ 3.900 hingga US$ 4.000.
Kontrak berjangka emas untuk pengiriman Desember ikut menguat, sementara indeks dolar Bloomberg mencatat pelemahan lebih dari 0,2 persen. Perak turut naik sekitar 2 persen, mendekati rekor tertingginya, menunjukkan bahwa logam mulia lain juga mendapat tekanan beli dari investor.
Harga emas spot tercatat naik 0,8 persen pada sesi perdagangan, mencapai US$ 3.888,35 per ons. Di sisi lain, pasar terus memantau perbedaan pandangan pejabat The Fed—sebagian memperingatkan inflasi masih tinggi, sebagian lagi mendorong pemangkasan suku bunga jika ekonomi melemah.
Dampak Jangka Menengah & Catatan Penting
Lonjakan harga emas ke rekor baru menandakan meningkatnya kecemasan pasar global terhadap stabilitas ekonomi dan kebijakan fiskal AS. Dengan emas sebagai aset pelindung nilai, investor memperkuat posisi lindung untuk menghadapi volatilitas ke depan.
Namun, kenaikan ekstrem seperti ini juga mendorong risiko koreksi. Jika pasar menerima langkah penyelesaian shutdown atau data ekonomi membaik, harga mungkin tertarik untuk terkoreksi.
Selain itu, emas yang terlalu mahal dapat mengurangi daya tarik pembelian fisik di pasar domestik negara-negara konsumen emas. Produsen logam mulia juga harus memantau pasokan dan biaya produksi agar margin tetap terjaga.
Jika kondisi politik AS kembali stabil dan kebijakan fiskal serta moneter terkoordinasi dengan baik, harga emas dapat menemukan pijakan yang lebih rasional. Namun dalam jangka pendek, tekanan global dan sentimen risiko akan terus menahan harga agar tetap tinggi.
